Popularitas Raffi Ahmad dan Joko Widodo di Tinjau dari Perspektif Kebudayaan populer

Kebudayaan populer berasal kata cultural popular/culture of people yang artinya budaya masyarakat atau budaya yang ditemui dalam kehidupan masyarakat masa kini, seperti trend baju, rambut, gaya bicara, acara televisi, life style, dan cara hidup lainnya yang diminati oleh kelompok masyarakat tertentu dan hanya berlaku pada suatu periode tertentu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuhnya budaya populer, yaitu teknologi dan pengetahuan, pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial budaya, politik, dan media massa. Dari lima faktor tersebut media massa adalah faktor yang paling berpengaruh, karena media massa memiliki cakupan yang paling luas. Tidak hanya masyarakat menengah ke atas saja yang menikmati, tapi juga masyarakat menengah ke bawah saat ini sudah tidak asing lagi dengan tv dan internet yang menjadi andalan media massa untuk mempublikasikan berbagai isu dan pemberitaan.
Media massa memiliki peran penting dalam karir atau popularitas seorang publik figur. Sebab harus diakui popularitas seorang publik figur melejit salah satunya adalah karena peran media. Seorang artis naik daun tidak selalu karena prestasi yang dimilikinya, bisa jadi karena isu atau skandal yang sengaja di buat untuk menaikkan popularitasnya. Hal ini tidak hanya berlaku untuk para artis saja, tetapi juga para pejabat yang menjadikan media sebagai alat untuk mempromosikan diri agar dikenal oleh masyarakat luas.
Bulan Oktober ini ada dua peristiwa yang mendapat sorotan media secara besar-besaran. Peristiwa pertama adalah pernikahan Raffi Ahmad, dan peristiwa kedua adalah pelantikan Jokowi sebagai presiden. Keduanya sama-sama seorang publik figur, hanya saja mereka berada di ranah yang berbeda.
Raffi Ahmad merupakan seorang artis dan presenter papan atas negeri ini, dan semakin terkenal setelah keluar dari BNN karena kasus pesta narkoba yang melibatkan dirinya beberapa waktu lalu. Saat itu publik sangat bersimpati kepada Raffi Ahmad karena dianggap sebagai seseorang yang terjebak dan berada di tempat serta waktu yang salah.
Sementara itu, Jokowi adalah mantan walikota Jakarta yang sekarang menjadi presiden RI terpilih untuk periode 2014-2019. Publik juga memiliki simpati yang begitu besar pada Jokowi yang sederhana dan merakyat karena beliau memang dikenal suka blusukan ke daerah-daerah tertentu untuk melihat langsung kondisi masyarakatnya.
Tidak dipungkiri, salah satu faktor di balik popularitas yang keduanya miliki sekarang adalah karena adanya peran media yang mempublikasikan mereka. Ketika Raffi Ahmad sempat terjerat kasus narkoba beberapa waktu lalu, media tidak henti-hentinya menyorot Raffi Ahmad. Sampai akhirnya ketika Raffi dibebaskan, namanya justru semakin melejit. Kemudian belakangan ini media kembali menyorot Raffi karena kemewahan pernikahannya dengan Nagita Slavina yang tidak henti-hentinya mendapat sorotan dari media. Bahkan ada dua stasiun tv yang menayangkan secara eksklusif.
Bagaikan sinetron kejar tayang, pernikahan Raffi Ahmad dibuat menjadi beberapa episode. Episode siraman, midodareni, dan prosesi lainnya sampai akad dan pesta pernikahan pun tak ketinggalan dari sorot media.
Meskipun tayangan pernikahan Raffi Ahmad sempat di tegur oleh KPI karena program tersebut disiarkan dalam durasi yang tidak wajar dan tidak memberikan manfaat bagi publik, tapi nyatanya pihak tv yang mensponsori pernikahan Raffi tetap menyiarkan acara tersebut.
Antusiasme masyarakat untuk menonton pun sangat besar. Bisa jadi karena memang Raffi memiliki banyak fans, atau karena masyarakat penasaran ingin melihat seperti apa pernikahan yang disebut-sebut sebagai pernikahan termewah di sepanjang tahun 2014.
Lalu sehari setelah resepsi pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang digelar di Jakarta, publik disuguhi dengan pelantikan Jokowi sebagai presiden terpilih untuk lima tahun ke depan. Media gencar menyorot pemberitaan tentang pelantikan Jokowi. Selain itu masyarakat juga berbondong-bondong datang untuk menyaksikan arak-arakan dan ‘pesta rakyat’ pelantikan presiden baru tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, lagi-lagi ini adalah karena peran media massa yang gencar memberitakan Jokowi sehingga popularitasnya semakin naik. Salah satu citra yang di bentuk oleh media adalah sosok Jokowi yang gemar blusukan dan merakyat, sehingga pada akhirnya citra yang melekat dibenak masyarakat tentang Jokowi adalah sosok pemimpin yang perhatian dan dekat dengan rakyat.
Citra tersebutlah yang menjadi faktor pendorong sampai masyarakat akhirnya bersimpati dan memilih Jokowi dalam pemilu beberapa waktu lalu. Barangkali karena masyarakat merindukan sosok pemimpin yang dekat dengan rakyat dan mau mendengarkan keluh kesah mereka secara langsung. Lalu bagaikan air di tengah gersang, media gencar memberitakan Jokowi yang peduli dan merakyat sesuai dengan harapan rakyat.
Terlepas dari berbagai pro-kontra mengenai Raffi Ahmad dan Jokowi, tidak dipungkiri popularitas yang sedang dimiliki Raffi Ahmad sebagai artis papan atas dan Jokowi sebagai pemimpin yang dielu-elukan oleh banyak orang adalah salah satu bagian dari kebudayaan populer yang saat ini sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat kita. Dan bukan tidak mungkin jika beberapa bulan ke depan popularitas kedua publik figur ini tidak lagi seperti sekarang, sebab kebudayaan populer memang bisa sangat cepat berkembang karena pengaruh media massa, tapi juga bisa cepat menghilang karena peran media massa pula.
Masyarakat biasanya akan cepat jenuh dengan pemberitaan yang itu-itu saja. Sementara itu media pun pasti akan mencari pemberitaan lain yang dianggap lebih baru dan dirasa lebih menarik perhatian masyarakat luas. Hal ini dikarenakan sifat dasar dari kebudayaan populer itu sendiri yang memang bersifat tidak permanen, cepat berkembang tapi juga cepat hilang, dan hanya booming pada waktu tertentu saja.


Apa yang Salah dengan Jurusan Sastra Indonesia??? (1)





“Mba Din, sekarang udah jadi anak kuliahan ya?” 
 
“Alhamdulillah…”

Wah, hebat ya mba. Kuliah dimana mba?”

“Undip mba. Universitas Diponegoro, Semarang”

Wah, hebat banget mba. Padahal katanya masuk situ susah lho”

“Alhamdulillah, saya mungkin cuma kebetulan lagi beruntung aja”

Wah, hebat banget deh pokoknya. Jurusan apa mba?”

“Sastra Indonesia”

Oh…

(Kemudian hening)

***

Begitulah kira-kira percakapan saya dengan orang-orang yang biasanya pada kepo tentang perkuliahan saya sekarang. Well, saya sekarang masih tercatat sebagai mahasiswi Sastra Indonesia (menuju) semester lima. Tinggal nunggu IP aja yang gak keluar-keluar. Dicek berkali-kali nilai yang keluar gak nambah-nambah. Mungkin para dosen itu lupa gimana rasanya di-PHP-in sama IP. Sakitnya tuh disini... (nunjuk hati).

Oke, kita kembali kepercakapan di atas. Setiap orang yang nanyain saya pasti awalnya pada bilang “Wah… Hebat”, dan kalimat pujian lainnya. Tapi semua berubah setelah mereka menanyakan tentang jurusan. Biasanya mereka sih ekspresinya macem-macem, tapi yang jelas bukan lagi berupa pujian, tapi lebih ke kecewa, meremehkan,bahkan hinaan. Huhuhuhu…

Berikut adalah beberapa ekspresinya:

“Oh…”

“Apa? Sastra Indonesia? Mau jadi apa?”

“Sastra Indonesia? Sekolah tinggi-tinggi cuma buat belajar bahasa Indonesia?”

Lebih nyebelin lagi kalau ada yang pura-pura telinganya bermasalah, kaya gini nih:

“Kamu jurusan apa?”  

“Sastra Indonesia”

“Apa?”

“Sastra Indonesia!!”

“Apa? Gak denger?”

“S A S T R A  I N D O N E S I A”

Pokoknya masih banyak lagi deh ekspresi nyebelin lainnya. Jadi ibaratnya yang tadinya saya di puji-puji setinggi langit ketujuh, mendadak langsung dihempasin ke kerak bumi paling dasar.Rasanya bahkan lebih sakit daripada cuma diPHPin sama IP.

Memang saya dulu mengambil jurusan ini atas inisiatif saya sendiri, gak ada pemaksaan darimana pun. Bahkan dulu saya menempatkan Sastra Indonesia di pilihan pertama. Dan Alhamdulillah lolos. Saya bersyukur banget waktu itu. Tapi gara-gara omongan orang-orang yang gak penting itu, saya sempat merasa minder juga. Apakah jurusan yang saya ambil ini salah?

Ya!!! Mungkin jurusan yang saya ambil ini memang salah, menurut mereka yang tidak tahu passion saya. Mungkin jurusan yang saya ambil ini memang salah, bagi mereka yang senang menganggap remeh suatu ilmu. Padahal yang ngeremehin belum tentu bisa. Tapi ada satu hal yang paling penting dan hal inilah yang membuat saya mantap mengambil jurusan Sastra Indonesia, yaitu perkataan Umar bin Khattab "Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani". Dan, saya percaya bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia, kecuali ilmu santet, perdukunan, pokoknya itulah yang bikin kita jadi manusia yang durhakas ama Allah SWT.

(Bersambung…)       


ADAPTASI!!!



Salah satu yang paling memuakkan di dunia ini adalah ADAPTASI, kata itu ingin sekali saya blacklist dalam kamus pribadi saya. Konyol memang, gak mungkin seseorang gak mengalami proses adaptasi.  Dalam hidup adaptasi adalah satu hal yang pasti akan terjadi. Gak cuma sekali dua kali tapi bisa sampai jutaan kali selama kita hidup.
Sekolah baru, lingkungan baru, adaptasi. Pergi ke mall, berada di keramaian, adaptasi. Naik angkot, dikelilingi orang-orang asing, adaptasi. Pelajaran membuka bab baru, mendengarkan penjelasan yang masih terdengar asing, adaptasi. Seolah hidup ini sudah sesak dengan satu kata mutlak, ADAPTASI.
Adaptasi adalah monster yang paling menakutkan didunia ini, makhluk aneh yang seolah selalu siap menghancurkan mimpi baru dan selalu berhasil memusnahkan rasa percaya diri yang sudah saya pupuk begitu lama. Jangan tanya apa yang sebenarnya saya takutkan? Saya sendiri bigung apa yang sebenarnya saya takutkan.Ini memang konyol!
Saya butuh waktu berjam-jam cuma buat mondar-mandir gak jelas dikamar waktu hari pertama kuliah. Bahkan malamnya pun saya juga gak bisa tidur gara-gara mikir besok gimana ya? Seniornya galak gak ya? Teman-temannya ntar orangnya gimana ya? Bisa gak ya saya kalo disuruh ini atau itu? Ntar kalo gini gimana? Atau kalo kaya gitu gimana? Aaaarrrghhhh!!!!
Adaptasi adalah fase yang paling menakutkan dan paling susah dalam hidup, melebihi susahnya soal UN Fisika! Itulah mengapa saya selalu membutuhkan waktu yang lamauntuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Normalnya orang beradaptasi dengan lingkungan baru biasanya gak butuh waktu lama. Beberapa hari saja cukup, bahkan ada yang cuma butuh waktu beberapa jam saja. Aku? Males sih sebenernya kalo bahas soal ini, karena waktu buat adaptasi bagi seorang SAIDAH FIDINILLAH gak cukup cuma sehari dua hari atau paling lama seminggu. Tapi saya membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan pernah juga sampai bertahun-tahun.
Gak mungkin! Itu reaksi orang-orang kalo saya ceritain, mungkin gara-gara saya cerewet banget kalo udah ketemu sama orang yang klop. Entahlah... Tapi yang jelas waktu SD, enam tahun itu gak cukup buat saya mengalahkan satu musuh besar bernama ADAPTASI. Enam tahun itu berarti 2190 hari. Wow, betapa pengecutnya saya!
Pernah ngerasain gak selama 2190 hari dalam hidupmu kamu dijuluki patung oleh teman-temanmu? Saya pernah... Dan itu adalah enam tahun paling memuakkan dalam hidup saya. :’D
(Coretan awal kuliah, dan baru saya temukan lagi saat semester empat. :D)

Beasiswa Data Print 2014: Aku SihYES!!! Kamu, Gimana?




Ciye yang lagi bingung gara-gara semester genap udah mau habis. Apa sih yang dibingungin? KHS, beli kertas buat print skripsi, dan tugas lainnya? Atau bayar foto kopian, pengen bayar uang kuliah sendiri gara-gara gak mau nyusahin orang tua? Santai aja bro dan sista. Apa pun masalah kamu, Dataprint solusinya!
Ha? Dataprint? Emang Dataprint bisa apa?!! Ya elah, kuno nih. Masa gak tau sih kalau Dataprint itu punya tinta yang udah terkenal banget kualitasnya, udah gitu harganya juga terjangkau banget bua kantong mahasiswa atau pelajar yang sering galau buat ngeprint tugas kaya kita. Dijamin, hasilnya bakal bikin kalian puas dan gak bakal nyesel ampe tujuh turunan. Gak percaya, coba aja sendiri ya. karena kita gak bakal tau kalo kita gak nyoba sendiri kan?
Gimana? Ada masalah lagi? Tentang apa? Oh, pasti tentang keuangan yang segambreng itu ya? Aduh deh, kemana aja sih. Masa gak tahu kalau Dataprint sekarang punya program Beasiswa yang kece banget buat para pelajar dan mahasiswa. Syaratnya juga gampang banget kok! Nih, simak baik-baik ya. Kalau perlu catet! Pokoknya jangan sampai nyesel gara-gara gak ikutan!
Jadi, program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun keempat. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 hingga 2013, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2014 sebanyak 700 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!
Pendaftaran periode 1 : 7 Februari – 30 Juni 2014
Pengumuman                : 10 Juli 2014

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2014
Pengumuman                : 12 Januari 2015

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000
@ Rp 500.000
@ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
250 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
250 orang

Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi untuk jenjang D3/S1
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain. Jika saat ini peserta masih menerima beasiswa dari kampus, peserta berhak mengikuti pendaftaran beasiswa dari DataPrint.
5. Penerima beasiswa di periode 2 tahun 2013 tidak dapat menjadi penerima beasiswa di periode 1 tahun 2014.

Peraturan cara penulisan essay:
1. Essay merupakan opini pribadi. Tuangkan ide kamu semenarik mungkin.
2. Penulisan dan tata bahasa sesuai dengan kaidah EYD.
3. Panjang tulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata.
4. Penulisan kutipan atau data tanpa menyertakan sumber/link akan dianggap copy paste dan formulir akan didiskualifikasi oleh panitia.
5. Bagi pemilik blog, tuliskan informasi mengenai program beasiswa DataPrint (bukan essay) di blog kamu, sertakan juga link/tautan ke website beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com)  dan website DataPrint (www.dataprint.co.id) . Kemudian cantumkan link yang berisi informasi ini ke dalam kolom “URL BLOG” di formulir pendaftaran. Pencantuman informasi dalam blog kamu akan menambah poin dalam penilaian sebesar 1-3 poin.
Contoh penulisan link:  www.blogsaya.com/beasiswadataprint.html
Jadi, bukan hanya penulisan nama blog seperti www.blogsaya.com .

ESSAY UNTUK PELAJAR:
Seandainya saya menjadi Menteri Pendidikan

ESSAY UNTUK MAHASISWA
Mempersiapkan generasi muda menghadapi era Pasar Bebas ASEAN

Buruan tunggu apalagi, selagi banyak kesempatan, semoga sukses, kunjungi www.beasiswadataprint.com dan www.dataprint.co.id