About Something 'ANEH'


Hari ini tepat tanggal 15 April 2013 anak-anak SMA sedang menjalani eksekusi kelulusan bernama UN alias Ujian Nasional. Di Indonesia UN menjadi salah satu faktor penentu kelulusan dengan kebijakan 40:60, artinya siswa dinyatakan lulus apabila rata-rata 40% nilai rapor dan 60% nilai UN keduanya diakumulasikan dan hasil akhirnya mencapai kriteria nilai yang sudah ditentukan.
Tapi kali ini bukan tentang sistematika UN yang ingin saya bagikan, tapi tentang tingkat kejujuran masyarakat Indonesia yang masih rendah. Banyak sekali para siswa yang merancang aksinya untuk kucing-kucingan dengan pengawas ujian. Saling memberi jawaban, saling tengok, bahkan banyak juga yang membawa handphone. Jadi saat ujian yang seharusnya tugas pengawas adalah ‘mengawasi’ kini sudah berubah peran menjadi ‘yang diawasi’.
Bagaimana tidak? Saat ujian berlangsung jika pengawas lengah sedikit saja, itu berarti si pengawas sudah kecolongan. Sebab kecepatan siswa dalam meminta jawaban ke teman sebelah ternyata lebih gesit daripada tingkat kesadaran si pengawas. Tapi toh banyak pengawas yang sebenarnya tahu siswanya nyontek, tapi tetap adem ayem saja duduk di kursinya. Tanpa sedikitpun respon yang diberikan, atau minimal ditegur itupun tidak.
Parahnya nih ada guru yang malah menganjurkan anak didiknya untuk saling bekerja sama. Sebenarnya saling bekerjasama sah saja dilakukan, bahkan dianjurkan. Tapi gak waktu ujian juga kali ya? :o
Itu baru yang kalangan pelajar yang masih berseragam, belum lagi para mahasiswa yang ‘katanya’ sih sekumpulan orang-orang intelek. Tapi ternyata toh sama saja, tingkat kesadaran untuk jujur masih sangat minim sekali. Gak percaya? Okey, saya mau sedikit cerita nih. Jadi hari ini saya UTS Foklor, awalnya semua berjalan baik-baik saja. Kelas tenang, para mahasiswa fokus dengan lembar jawaban dan soal masing-masing. Beberapa menit berjalan ketenangan itu mulai terusik dengan suara-suara yang pelan tapi tetap masih bisa ditangkap manusia yang memiliki pendengaran normal.
Waktu terus berjalan suara-suara lirih dan aneh semakin bertambah, puncaknya terjadi ketika dosen keluar ruangan untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan. Kelas yang tadinya adem ayem saja dengan sedikit ganggguan, kini berubah seperti pasar ayam yang pindah ke kampus. Telinga saya seperti mendengar suara ayam yang petok-petok meneriakkan “Eh, no.1 jawabannya apa?”, “Lu tau gak sejarah foklor itu gimana?, dan bla bala bla bla....
Tapi suasana kembali hening hanya dengan satu kata “SSSSSSTTTTTTTTTT!!!!”, dan seolah seperti dihipnotis semuanya kembali diam tanpa kata, karena ternyata dosen sudah kembali masuk ruangan.
Miris sekali melihat fenomena seperti itu, Indonesia yang terkenal dengan penduduknya yang ramah, sopan santun, dan religius ternyata tingkat kejujurannya masih sangat minim. Hal inilah yang terkadang membuat saya merasa sedang berada dalam ‘jebakan batman’. Seolah semuanya hanya seperti settingan yang mau tidak mau harus terlibat menjadi bagian dari cerita. Sama seperti tokoh utama dalam jebakan batman yang mau tidak mau juga harus masuk kedalam skenario yang dibuat sang sutradara atau si pembuat jebakan entah siapapun itu. Meskipun saya hanya seorang figuran yang hanya mampu menuangkan semuanya melalui tulisan.
Menyandang gelar pelajar tapi kelakuannya terkadang tidak seperti manusia terpelajar, membanggakan diri sebagai mahasiswa tapi tindakannya tidak lebih dewasa dari anak TK. Jika generasi mudanya saja sudah seperti ini, berani melakukan kecurangan meskipun dengan hal yang kecil seperti mencontek, maka jangan heran jika para penguasa negeri ini kedepannya juga akan berani melakukan kecurangan yang lebih besar seperti korupsi. Dan Indonesia akan tetap menjadi negara terkorup dengan peringkat yang selalu fantastis. (Semoga saja tidak)
Jangan salahkan siapapun jika hal ini nantinya akan benar-benar terjadi, toh dengan saling menyalahkan tidak akan membuat negeri ini menjadi lebih baik. Tidak perlu menunggu orang lain atau mengajak orang lain untuk berubah. Awali perubahan dari diri kita dahulu, awali dari hal yang kecil seperti menghindarkan diri dari kecurangan yang mungkin dianggap sepele dan wajar. MENCONTEK!!!

0 komentar: